Home Eko MP 3 Moslem SAINS Matematika IT MP 3

Jumat, 31 Juli 2009

KEAJAIBAN ANGKA I

KEAJAIBAN ANGKA I

1+2 = 3 ------------------------> 4

4+5+6 = 7+8 ------------------------> 15

9+10+11+12 = 13+14+15

16+17+18+19+20 = 21+22+23+24

25+26+27+28+29+30+31 = 32+33+34+35+36

37+38+39+40+41+42+43+44 = 45+46+47+48+49+50

Diatas terdaapat dua lajur, jika kitaa jumlaahkan lajur pada setiap barisnya maka akan menghasilkan jumlah yang sama

Aajaib bukaan……

Kamis, 30 Juli 2009

Pengertian IPA dan Pendidikan IPA


Bila kita tinjau dari cabang-cabang ilmu, mulanya ilmu berkembang dari dua cabang utama yaitu filsafat alam dan filsafat moral. Filsafat alam dalam perkembanganya menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (Natural sicence) dan filsafat moral berkembang menjadi cabang ilmu-ilmu social (Social Science). Atas dasar kajian filsafat maka dapat diartikan bahwa sains dapat berarti ilmu yang mempelajari pengetahuan alam dan bisa berarti ilmu pada umumnya.

Sebelum muncul kata Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), kata sains lebih dulu lebih dikenal oleh berbagai kalangan. Kata sains sendiri berasal dari bahasa inggris Science yang diadop dari bahasa Latin Sciencia yang memiliki arti pengetahuan.

Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.

Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.

Dari beberapa definsi di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh melalui tahapan ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen yang bersifat general dan akan selalu mengalami perbaikan guna mencapai kesempurnaan.

Untuk pembelajaran IPA sendiri di dalamnya mencakup semua materi yang berhubungan dengan berbagai objek alam serta persoalan yang mendasarinya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada aspek Fisika IPA lebih memfokuskan pada berbagai materi tak hidup, aspek Biologi IPA menelaah berbagai persoalan yang berhubungan dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.

Berbicara mengenai Pendidikan IPA berarti akan menyangkut dua hal yakni, pengertian pendidikan dan IPA itu sendiri. Secara generik pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan kepada anak, pesan yang dimaksud disini adalah mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik (siswa SMK).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan

mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.

Pendidikan menurut Siswoyo (2007: 21) merupakan “proses sepanjang hayat dan perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan dan cara komitmen manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social, serta sebagai makhluk Tuhan”.

Sugiharto (2007: 3) menyatakan bahwa “pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan”.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara mengartikan, pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Dengan merujuk dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja dalam rangka mengembangkan potensi yang ada pada dirinya baik sebagai individu maupun mahluk bermasyarakat dalam mencapai apa yang diinginkanya.

IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.

Sedangkan menurut Depdiknas (2003: 6) IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan,fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.

Carin dan Sund (1993) dalam puskur (2007:3) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis tersusun secara teratru, berlau umum (universal dan berupa kumpulan data dari hasil observasi dan eksperimen.

Supriyadi (1999: 1) menyatakan bahwa objek kajian IPA adalah segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya yang sangat besar.

Sehingga dalam pembelajaranya ruang lingkup IPA menyangkut tentang berbagai fenomena alam dari fenomena alam yang paling sederhana hingga sesuautu yang dikatakan luar biasa hingga hal-hal trasendental

Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori IPA”.

Dari beberapa definisi di atas yang terkait antara pendidikan dan IPA dapat disintesiskan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja sebagai upaya mengungkap berbagai fenomena alam yang real terjadi melalui langkah-langkah ilmiah serta berupaya membentuk kepribadian siswa agar peka terhadap proses IPA, serta dikemudian hari dapat mengembangkan keilmuanya dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengertian KTSP 1

Dalam panduan KTSP yang dikeluarkan BSNP (2006:5) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri daritujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

Adapun yang dimaksud dengan operasional jika kita telaah kembali memiliki makna :

a. KTSP dalam pengembanganya tidak lantas lepas dari ketetapan yagn telah disusun pemerintah secara nasional. Artinya sekolah dalam mengembangkan kurikulum hanya diberikan kewenangan pada pengembangan operasional, sedangkan yang menjadi rujukan pengembangan adalah pemerintah, misalkan penentuan jam mata pelajaran, jenis mata pelajaran, isi mata pelajaran dan kompetensi yang harus dicapai oleh setiap mata pelajaran.

b. Sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di masing-masing tingkat satuan pendidikan diberikan keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum kedalaam unit-unit pelajaran tertentu. Misalkan kewenangan pengembang dalam mengembangkan model, pendekatan, metode dan cara evaluasi hasil belajar termasuk dalam menentukan pertemuan efektifitas belajar dengan siswa guna mencapai kompetensi yang di inginkan

c. Para pengembang KTSP harus memperhatikan ciri khas kedaerahan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 ayat 2, yakni kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuan dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

Pengertian Kurikulum 1

Pengertian Kurikulum

Ada banyak kalangan yang beranggapan bahwa kurikulum berhubungan dengan materi ajar, sehingga kurikulum selalu dikaitkan dengan buku-buku pelajaran. Jika kita runut dari awal, sebenarnya istilah kurikulum berawal dari istilah olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curir dan curere yang kemudian dimaknai sebagai jarak tempuh yang dilakukan oleh seorang pelari.

Sementara Sukmadinata (2006 : 5) membedakan antara kurikulum sebagai rencana (curriculum plan) dengan kurikulum yang fungsional (functioning curriculum). Sebagai suatu rencana pendidikan atau pengajaran, Beauchamp mengatakan “A curriculum is a written document which may contain many ingredients, but basically it is a written document pupils during their enrollment in given school.” Menurut Beauchamp, pelaksanaan rencana tersebut sudah termasuk dalam pengajaran. Sementara menurut Zais, kurikulum tidak dapat dinilai dari dokumen tertulisnya saja, melainkan harus dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya dalam kelas.

Sedangkan menurut Print (1993) bahwa kurikulum meliputi : 1) planed learning experience, 2) offered within an educarional institution/program, 3) represented as adocument, 4) included experiences resulting from implementing that document.

Alexander Inglis dalam Hamalik (2007:13) menyatakan bahwa kurikulum memiliki beberapa fungsi yaitu : Fungsi penyesuaian, pengintegrasian, diferensiasi, persiapan, pemilihan dan diagnostik.

a. Fungsi Penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function).

Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka masing-masing individu pun harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula. Dibalik itu, lingkungan pun harus disesuaikan dengan kondisi perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga indi­vidu bersifat well-adjusted.

b. Fungsi Integrasi (The Integrating Function).

Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.

c. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function).

Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap pebedaan di antara setiap orang dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya diferensiasi tidaf berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.

d. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function).

Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau apa pun yang menarik perhatian mereka.

e. Fungsi Pemilihan (The Selective Function).

Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling berkaitan. Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.

f. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function).

Pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara optimal.

2 . Proses Pengembangan Kurikulum

Kurikulum pada dasarnya berfungsi sebagai pedoman terutama bagi pendidik di setiap jenjang pendidikan pada tingkat satuanya masing-masing, oleh karenanya ada sejumlah prinsip dalam proses pengembanganya. Berikut ini beberapa prinsip dalam pengembangan kurikulum :

a. Prinsip Relevansi

Kurikulum sebagai pedoman akan membawa siswa untuk dapat memaknai hidup sesuai dengan aturan hidup yang ada di masyarakat dan membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Oleh karenanya dalam penyusunan kurikulum yang didapat melalui pengalaman belajar siswa, kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat dan inilah yang dinamakan prinsip relevansi.

Relevansi sendiri terbagi menjadi dua , yaitu relevansi internal dan relevansi eksternal. Wina (2008 : 39) Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus me­miliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.

Relevansi eksternal memiliki makna bahwa antara tujuan, isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum seyogiyanya sesuai dengan kebutuh­an dan tuntutan masyarakat. Menurut Wina (2008 : 39) dalam pengembanganya relevansi eksternal terbagi menjadi tiga: Pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya isi kurikulum hendaknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Misalkan untuk siswa yang tinggal di perkotaan perlu dikenalkan kehidupan lingkungan perkotaan seperti bagaimana cara menyebrang yang baik pada zebra cross, pelayanan jasa : pembayaran Air, Listrik, Telepon baik secara manual maupunonline dan sebagainya. Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang. Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Misalkan pembelajaran Internet yang diajarkan pada siswa, memiliki tujuan bahwa suatu saat nanti apa yang telah diajarkan dapat memberikan manfaat di masyarakat, terutama dalam mengahadpi kemajuan teknologi informasi.

b. Prinsip Fleksibilitas

Prinsip ini lebih menekankan tentang perlunya sifat fleksibel atau kelenturan, prinsip ini dirasa perlu karena bisa jadi apa yang kita harapkan dalam kurikulum ideal tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di masyarakat artinya kurikulum harus dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada.

Menurut Wina (41:2008) Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi: Pertama, fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua, fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.

c. Prinsip Kontinuitas

Kontinuitas yang dimaksud disini adalah berkesinambungan, artinya perkembangan proses belajar itu tidak terputus-putus tapii berkesinambungan-terus menerus. Oleh karenanya pengalaman yang meski ada dalam isi kurikulum harus memperhatikan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan.

Untuk itu pengembangan kurikulum meski dilakukan secara bersama-sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan sekolah dasar, jenjang SLTP jenjang SLTA, dan pengembang kurikulum pada perguruan tinggi.

d. Praktis (Efisiensi)

Kurikulum praktis dikatakan baik jika memenuhi prinsip efisiensi yang berhubungan dengan tenaga, waktu, sarana, dan biaya yang dikeluarkan semurah mungkin dan hasil yang diperoleh dapat maksimal. Karena sehebat dan seideal-idealnya kurikulum namun jika peralatan, sarana dan prasarana sangat mahal harganya, maka kurikulum tidaklah praktis dan akan sulit untuk di implementiiskan, oleh karenanya kurikulum meskinya harus dirancang utnuk dapat digunakan dalam situasi apapun (keadaan terbatas).

e. Efektifitas

Kurikulum disamping harus murah dan sederhana, bukan lantas mengindahkan faktok keberhasilan yang ingin dicapai dari kurikulum itu sendiri baik secara kualitas maupun kuantitas. Karena pengembangan kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Menurut Wina (2008:4) Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum. Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.

perbedaan antara internal dan external evaluation dalam pengembangankurikulum

Bahas perbedaan antara internal dan external evaluation ketika berkaitan dengan pengembangan kurikulum !

Menurut Hamid Hasan (2008:21) Evaluasi internal dilakukan oleh seorang evaluator yang masuk kedalam tim pengembang kurikulum. Adapun keuntungan yang didapat dari evaluator dalam melaksanakan evaluasi internalnya, evaluator dapat merumuskan pertanyaan lebih akurat terhadap evaluan, karena evaluator sangat mengenal karakteristik dari evaluan.

Kemudian evaluator dapat dengan leluasa melakukan cek & ricek terhadap data yang ia peroleh dari tim pengembang, sehingga memungkinkan menghasilkan data dalam tingkat validitas tinggi.

Karena fungsi gandanya, disamping sebagai pengembang iapun sebagai evaluator maka factor kedekatan dengan tim akan memberikan keuntungan bagi evaluator dalam memperoleh data yang di inginkan baik berupa informasi yang diperlukan, dokumen tercatat yang berhubungan dengan pengembangan dan leluasa melakukan evaluasi terhadap kinerja tim pengembang.

Adapun kelemahan yang dimiliki evaluasi internal adalah hilangnya objektifitas dari evaluator karena kedekatanya dengan tim pengembang, keadaan ini akan sangat mempengaruhi evaluator untuk berlaku objektif. Orang akan sulit menerima data yang didapat evaluator meskipun data tersebut memiliki tingkat validitas yang tinggi.

Evaluasi Eksternal merupakan kebalikan dari evaluasi internal, dimana evaluator tidak memiliki kererikatan dengan evaluan baik secara akademik maupun administrative. Evaluasi eksternal biasa dilakukan pada saat proses pengembangan kurikulum memasuki tahap dokumen dan pengembangan ide.

Keutungan dari evaluasi eksternal adalah objektivitas lebih tinggi karena evaluator tidak memiliki ikatan emosional dan keuntungan pribadi jika evaluan yang di evaluasi tidak memenuhi kriteria yang ditetapkanya

Kelemahan yang dimiliki oleh evaluasi eksternal merupakan keuntungan yang dimiliki oleh evaluasi internal begitu juga sebaliknya.

Trik Akar Kuadrat

Matematika Mudah ...ini buktinya...Unik ...
Amazing Perkalian ANgka Kuadrat dua Digit

25 x 25 = 6 2 5

caranya :
1. Pikirkan angka setelah angka 2 (3)
2. Kalikan dengan angka sesudahnya ( 2 x 3 = 6 )
3. Tuliskan jawaban 6 di ikuti 25 (6 2 5)

Mudah Bukan ???!!!!

35 x 35 = 12 25 (setelah 3 adalah 4 (3 x 4 = 12) tambahkan 25 dibelakangnya)
45 x 45 = 2025 (setelah 4 adalah 5 (4 x 5 = 20) tambahkan 25 dibelakangnya)
55 x 55 = 3025
65 x 65 = 4225
75 x 75 = 5625
85 x 85 = 7225
95 x 95 = 9025

Note :
Ingat trik ini hanya dapat digunakan pada perkalian dua digit

Peran Model kurikulum dalam pekerjaan kurikulum

Apa peran dari suatu model kurikulum dalam pekerjaan evalusi kurikulum ? berikan contohnya

Berbicara mengenai model dalam kurikulum, kita akan dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam menentukan model mana yang dirasa tepat. Adapun Peran model kurikulum bagi pekerjaan evaluasi kurikulum adalah memberikan keleluasan dan kesempatan kepada evaluator dalam mempertimbangkan model yang telah ada untuk disesuaikan dengan pekerjaan yang tengah dilakukan. Dalam proses penentuan model kurikulum, seorang evaluator harus memiliki kemampuan membaca kelemahan dan keungulan dari model yang telah tersedia.

Oleh karenanya evaluator dalam melakukan evaluasi terhadap evaluan meski peka terhadap hal hal yang berkaitan dengan; proses : perlu di ketahui bahwa evaluasi adalah proses bukan merupakan hasil ; penilaian : evaluator akan memberikan pertimbangan kepada evaluan dengan mengindahkan factor kedekatan dengan evaluan ; pemberian arti : berkenaan dengan posisi dan peran evaluan.

Yang menjadi penting kedepan, bahwa evaluator sebenarnya memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan model yang dirasakan tepat untuk digunakan sesuai dengan kebutuhanya.

Disamping itu evaluator juga dapat mengembangkan suatu model atau melakukan penggabungan model antara model satu dengan model lainya. (tidak sebatas menentukan model saja).

Contoh Model Evaluasi dalam kurikulum

Penggunaan Value Contribution Technique di SMA

VCT di SMA

Keterangan :

Dari ketiga domain tersebut mana kira-kira yang di anggap dapat meberikan kontribusi bagi tujuan SMA :

* Harus jelas dulu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai SMA dari tida domain yaitu IPA, IPS dan Bahasa

* Seberapa besar kontribusi dari ketiga domain di atas terhadap tujuan SMA ( misalkan ketiga domain harus memberikankontribusi 100%)

* Berapa tingkatan yang dimiliki masing-msing domain

* Lakukan evaluasi terhadap ketiga domain, mana yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap sekolah ( apakah IPA, IPS atau Bahasa)

* Lakukan judgment terhadap hasil evaluasi guna perbaikan kurikulum kedepan

Senin, 27 Juli 2009

Trik Berhitung Cepat


Buku ini berusaha mengexplorasi pemikiran dalam hal melakukan perhitungan, dimana prinsip yang digunakan adalah cara berpikir aritmatika. Dengan membaca, memahami dan mempraktekan apa yang terdapat pada buku ini, hal yang berkaitan dengan perhitungan akan terasa menjadi mudah untuk diselesaikan !!!

Judul Buku
Matema-trik : Berhitung Cepat tanpa kalkulator
Penyusun : Eko Budi Prasetio
Penerbit : Mediapusindo
Tahun terbit : 2009
Halaman : 130
ISBN : 978 979 1474 306

DAFTAR ISI

I.MENGHITUNG CEPAT
A. Penjumlahan dan Pengurangan (Penjumlahan langsung, membaca cepat .....)
B. Perkalian (Perkalian pada bilangan 4,5,9,11,12,15,25,45,.........)
C. Pembagian (pembagian pada bilangan 4, dekat dengan 100,cara cepat, persen....)
D. Pengkuadratan (pengkuadratan pada bilangan brakhiran 5,delat dengan 100......)
E. Memeriksa Jawaban
II. Jago Menebak dengan Matematika
Menebak Ulangtahun, menebak Usia dan tanggal lahir, menebak angka yang hilang..
KUNCI JAWABAN
Penyediaan Buku

1. email : koditio2005@yahoo.com
2. Toko Buku : Gramedia, Gunung Agung dan Distributor Buku

Perbedaan antara evaluasi kuantitatif dan kualitatif dalam tujuan, model, dan prosedur


Tujuan dari evaluasi kurikulum itu sendiri meliputi

1. Menentukan efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran

2. Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran

3. Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik

4. Menentukan masukan untuk memperbaiki program

5. Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum

6. Menetapkan keterkaitan antarkomponen kurikulum

Perbedaan antara evaluasi kuantitatif dan kualitatif dilihat dari model :

Evaluasi kuantitatif:

1. Model kuantitatif muncul dari paradigma positivisme

2. Metode kuantitatif lebih memfokuskan evaluasi pada dimensi kurikulum sebagai hasil belajar.

3. Hasil belajar merupakan kriteria model kuantitatif

Evaluasi kualitatif

1. Model kualitatif berasal dari model evalausi kurikulum

2. Dalam pengumpulan data dan evaluasi menggunakan metodelogi kualitatif

3. Modal paling besar dalam evaluasi kualitatif adalah penggunaan model studi kasus (inibanyak dilakukan dalam melakukan evaluasi)

Dilihat dari prosedurnya, Prosedur evaluasi kuantitatif meliputi :

1. penentuan masalah dan pertanyaan evaluasi

2. penentuan variable, jenis data dan sumber data

3. penentuan metodologi

4. pengembangan instrument

5. penentuan proses pengumpulan data

6. pengumpulan proses pengolahan data

Prosedur evaluasi kualitatif :

1. menentukan focus evaluasi

2. perumusan masalah dan pengumpulan data

3. proses pengolahan data

4. menentukan perbaikan dan perubahan program

SOAL 4

Apa peran dari suatu model kurikulum dalam pekerjaan evalusi kurikulum ? berikan contohnya

Berbicara mengenai model dalam kurikulum, kita akan dihadapkan dengan berbagai pilihan dalam menentukan model mana yang dirasa tepat. Adapun Peran model kurikulum bagi pekerjaan evaluasi kurikulum adalah memberikan keleluasan dan kesempatan kepada evaluator dalam mempertimbangkan model yang telah ada untuk disesuaikan dengan pekerjaan yang tengah dilakukan. Dalam proses penentuan model kurikulum, seorang evaluator harus memiliki kemampuan membaca kelemahan dan keungulan dari model yang telah tersedia.

Oleh karenanya evaluator dalam melakukan evaluasi terhadap evaluan meski peka terhadap hal hal yang berkaitan dengan; proses : perlu di ketahui bahwa evaluasi adalah proses bukan merupakan hasil ; penilaian : evaluator akan memberikan pertimbangan kepada evaluan dengan mengindahkan factor kedekatan dengan evaluan ; pemberian arti : berkenaan dengan posisi dan peran evaluan.

Yang menjadi penting kedepan, bahwa evaluator sebenarnya memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan model yang dirasakan tepat untuk digunakan sesuai dengan kebutuhanya.

Disamping itu evaluator juga dapat mengembangkan suatu model atau melakukan penggabungan model antara model satu dengan model lainya. (tidak sebatas menentukan model saja).

Contoh Model Evaluasi dalam kurikulum

Penggunaan Value Contribution Technique di SMA

VCT di SMA

Keterangan :

Dari ketiga domain tersebut mana kira-kira yang di anggap dapat meberikan kontribusi bagi tujuan SMA :

* Harus jelas dulu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai SMA dari tida domain yaitu IPA, IPS dan Bahasa

* Seberapa besar kontribusi dari ketiga domain di atas terhadap tujuan SMA ( misalkan ketiga domain harus memberikankontribusi 100%)

* Berapa tingkatan yang dimiliki masing-msing domain

* Lakukan evaluasi terhadap ketiga domain, mana yang paling banyak memberikan kontribusi terhadap sekolah ( apakah IPA, IPS atau Bahasa)

* Lakukan judgment terhadap hasil evaluasi guna perbaikan kurikulum kedepan