Home Eko MP 3 Moslem SAINS Matematika IT MP 3

Sabtu, 01 Agustus 2009

Ulasan sekilas Sekolah Seri Puteri di Cyber Jaya

Ulasan sekilas Sekolah Seri Puteri di Cyber Jaya

Hari selasa, 28 Juli 2009 rombongan mahasiswa PK melakukan lawatan ke Sekolah Seri Puteri yang letaknya di Cyber Jaya arah ke Dengkil. Sekolah ini merupakan salah satu dari sekitar 60 sekolah serupa yang dibangun oleh pemerintah Malaysia. Sekolah yang dibangun dengan konsep : kurikulum mengikuti kurikulum yang dikembangkan pemerintah (di Malaysia menganut sentralisasi sehingga kurikulum yang berlaku adalah kurikulum negara); fasilitas diangun dengan lengkap dan mengacu pada standar sekolah di Inggris (mungkin karena Malaysia pernah dijajah oleh inggris ya?); sekolah ini khusus untuk anak2 perempuan cemerlang. Dalam hal ini konsep cemerlang bukan anak gifted yang punya IQ di atas rata2, tetapi benar-benar merupakan anak2 yang menduduki ranking 1-5 di sekolah dasarnya.

Secara fisik sekolah Seri Puteri (disingkat SP) dibangun di atas lahan seluar 8 hektar, mempunyai sekitar 800 siswa putri (memang dikhususkan untuk anak perempuan), 85 orang guru, dan sekitar 25 orang staf administrasi. Sekolah ini merupakan sekolah berasrama penuh, artinya anak2 tinggal dalam lingkungan sekolah, dan tebak........... biaya makan sehari cuma 1 RM !!!! bayangkan diberi makan berat 3x sehari dan snack 2x cukup membayar 1 RM (identik dengan Rp. 3.000,-/hari). Di sini siswanya terdiri dari anak2 perempuan usia 13 sampai 17 tahun, artinya siswa yang masuk di sekolah ini adalah siswa SMP dan SMA. Lama pendidikan menengah 5 tahun, dan bila mereka mau masuk perguruan tinggi maka mereka mengikuti lagi pendidikan pre college 1 tahun.

Selain kelas-kelas biasa, ada juga kelas khusus mata pelajaran. Setiap kelas berkapasitas 30 siswa, artinya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kelas yang berada di Indonesia. Setiap jenjang memiliki 6 kelas, sehingga secara keseluruhan terdapat 800 - 900 siswa. Seluruh lingkungan sekolah mempunyai fasilitas wifi, sehingga siswa dapat konek internet 24 jam penuh. Selain disediakan kios cyber yang letaknya di koridor pusat media (perpustakaan dan lain2), dalam setiap kelas juga tersedia sambungan internet, dan di asrama juga siswa masih dapat konek internet. Untuk fasilitas ekstra kurikuler, disediakan pengembangan musik, olah raga, dan lain sebagainya. Tampaknya memang merupakan kebutuhan standar bagi seorang siswa sekolah menengah. Demikian pula kurikulumnya tidak berbeda dengan kurikulum yang diberlakukan di seluruh malaysia. Lalu apa yang membedakan dengan sekolah-sekolah lain? atau apa yang menyebabkan sekolah ini menjadi sekolah unggulan?

Pertama-tama harus dilihat dari keinginan baik (good will) pemerintah Malaysia menghasilkan calon-calon teknokrat penerus bangsanya. Untuk melakukan percepatan, pemerintah malaysia mengambil kebijakan bahwa siswa2 berprestasi dipilih untuk dididik dengan baik sehingga diharapkan dalam waktu 12 tahun mendatang mereka siap menggantikan generasi yang sekarang. Marilah kita lihat : katakanlah sebanyak 180 anak berprestasi (6 kelas @ 30 siswa) dari seluruh wilayah malaysia digembleng dengan sistem pendidikan berasrama mulai tahun ini. Mereka hanya membayar sekitar 20% dari keseluruhan biaya pendidikan (yang itu tadi, biaya asrama cuma 1 RM per malam), khusus bagi siswa tidak mampu ditanggung keseluruhan oleh penyandang dana atau pemerintah. Jangan lupa bahwa sekolah ini didirikan oleh pemerintah, bukan pihak swasta, sehingga tidak ada kebutuhan mencari keuntungan material. Setelah bersekolah 5 tahun, banyak di antara siswa diterima di perguruan tinggi ternama terutama perguruan tinggi di Inggris dan USA. Dengan bersekolah selama 7 tahun di Inggris atau USA, maka gelar Ph.D sudah ditangan. Artinya ketika mereka kembali ke Malaysia 12 tahun mendatang, mereka siap untuk mengabdi pada negaranya. Mengapa saya begitu yakin mereka akan kembali? karena ketika sekolah di sekolah menengah, mereka disekolahkan oleh pemerintah (bukan pihak swasta), sehingga jiwa nasionalismenya terpupuk dengan baik. Nah, itu baru dari 1 sekolah sejenis, sedangkan malaysia memiliki 60 sekolah dengan fasilitas yang demikian. Dapat dibayangkan berapa banyak pemerintah malaysia menghasilkan teknokrat2 dalam waktu singkat.... Inilah yang disebut dengan percepatan pendidikan. Tidak heran bahwa jika 15 tahun yang lalu Indonesia banyak menerima siswa malaysia, maka sekarang justru mahasiswa kita yang banyak menimba ilmu di negeri jiran ini.

Jadi, kesimpulannya, saya lebih melihat perencanaan matang pemerintah malaysia untuk mempercepat perbaikan sistem pendidikannya. Hal ini dilakukan melalui pengucuran dana yang jelas, terarah, dan terencana dengan baik. Hal ini dapat dilihat, bahwa sistem pendidikannya tidak ada yang istimewa, kecuali penyediaan fasilitas yang sangat memadai, dan perencanaan yang sangat matang. Kurikulumnya sangat sederhana dan hampir tidak berbeda dengan kurikulum yang biasa digunakan. Sistem pembelajarannya tidak berbeda dengan sistem pembelajaran biasa bahkan cenderung konvensional. Tetapi guru-gurunya memiliki komitmen yang jelas, yakni memajukan generasi penerus bangsanya.
Jika saya bandingkan dengan pendidikan di indonesia (dalam skala mikro), orang tua dari kalangan berada dapat memberikan pendidikan terbaik bagi anak2nya melalui sekolah swasta yang berfasilitas istimewa, yang orientasinya adalah money making. Dengan demikian ketika sang anak lulus SMA, maka mereka akan sekolah di luar negeri (dengan biaya dari orang tua) dan ketika lulus kecenderungannya adalah mencari pekerjaan di luar negeri agar memperoleh salary tang memadai (iya lah, kan udah mengeluarkan biaya yang begitu banyak...). Sangat berbeda dengan di malaysia, karena anak2 itu sekolahnya dibiayai oleh pemerintah (sekolah negeri), ketika mereka sudah menjadi teknokrat maka mereka tidak merasa perlu mencari pekerjaan di luar negeri, mereka lebih memilih mengabdi pada negaranya (dan jangan lupa salary di malaysia pun tinggi !!!). Di sinilah terjadi pemupukan nasionalisnya tanpa mengobarkan jargon2 kosong semata. Dengan kondisi yang realistik yakni memajukan pendidikan melalui pembiayaan dari pemerintah maka rasa nasionalisme generasi mendatang tidak luntur oleh globalisasi..........

Akhir kata, apakah kita bisa merenungkan tulisan yang merupakan oleh2 dari lawatan ke malaysia ini? Tidak perlu mengubah sistem pendidikan, tidak perlu mencari yang aneh-aneh, cukup buat perencanaan matang untuk 15 tahun mendatang dengan komitmen dana pendidikan yang katanya 20% itu benar2 dipakai untuk memperbaiki pendidikan di indonesia.

Kembali kepada permasalahan mendasar, apakah kita akan berkiblat pada kuantitas atau kualitas???????

Oleh Prof. Hansiswany Kamarga (Guru besar pengembangan kurikulum UPI Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar